Dari TPS Jadi Taman Bunga: Inovasi DLH Indonesia dalam Menata Ruang Kota

 

Dari TPS Jadi Taman Bunga: Inovasi DLH Indonesia dalam Menata Ruang Kota

Firok.web.idTempat Penampungan Sementara (TPS) selama ini identik dengan lokasi penumpukan sampah yang kumuh dan kurang sedap dipandang. Namun, di tangan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Indonesia, paradigma itu mulai berubah. Melalui inovasi berkelanjutan dalam penataan ruang kota, DLH mengubah TPS yang tidak lagi aktif menjadi taman-taman hijau yang indah dan produktif. Transformasi ini bukan hanya mempercantik kota, tetapi juga menjadi simbol perubahan budaya masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan. Selengkapnya tentang inisiatif ini dapat ditemukan di situs resmi DLH Indonesia: https://dlhindonesia.id/.

Membalikkan Wajah Kota Lewat Transformasi TPS

Transformasi TPS menjadi taman bunga bukan sekadar proyek estetika. Ini adalah bagian dari strategi DLH dalam mengintegrasikan pengelolaan sampah dengan penataan ruang kota berbasis lingkungan. Sebuah TPS yang sebelumnya menumpuk limbah rumah tangga kini bisa disulap menjadi ruang terbuka hijau yang mengundang warga untuk bersantai, berolahraga, atau bahkan menanam bersama.

Langkah ini sejalan dengan visi pembangunan berkelanjutan dan pengurangan tekanan terhadap Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Alih-alih terus menambah titik penumpukan sampah, DLH mendorong optimalisasi dan konversi ruang yang sudah tidak digunakan.

Proses Transformasi: Kolaboratif dan Berbasis Data

DLH Indonesia tidak bekerja sendiri dalam mewujudkan perubahan ini. Proses identifikasi TPS yang layak dialihfungsi melibatkan kajian teknis, pemetaan wilayah, serta dialog intensif dengan masyarakat sekitar dan pemerintah daerah. Setelah lokasi disepakati, DLH mengarahkan transformasi dengan prinsip kolaboratif: melibatkan komunitas lokal, LSM lingkungan, pelajar, dan pihak swasta.

Pemanfaatan data juga menjadi landasan kuat. DLH mengintegrasikan pemetaan digital, data volume sampah, serta tren sosial untuk menentukan lokasi-lokasi strategis yang berdampak besar secara sosial maupun ekologis.

Manfaat Ganda bagi Lingkungan dan Sosial

Transformasi TPS menjadi taman membawa beragam manfaat:

  1. Menurunkan risiko pencemaran tanah dan air dari residu sampah lama.
  2. Meningkatkan kualitas udara melalui penanaman pohon dan vegetasi bunga.
  3. Menumbuhkan kesadaran lingkungan di masyarakat melalui keterlibatan langsung dalam pemeliharaan taman.
  4. Memberikan ruang interaksi sosial di tengah kota.
  5. Mendorong edukasi lingkungan lewat taman tematik yang dilengkapi papan informasi atau kegiatan sekolah.

Studi Kasus: TPS RW 05 Menjadi Taman Edukasi

Salah satu contoh nyata adalah TPS di kawasan RW 05, sebuah wilayah padat penduduk yang sebelumnya mengalami tumpukan sampah berkepanjangan. Setelah melalui proses pembersihan dan reklamasi tanah, DLH bersama warga membangun taman edukasi lingkungan dengan beragam tanaman bunga, alat peraga daur ulang, dan gazebo hijau. Kini, lokasi tersebut tidak hanya menjadi tempat rekreasi, tetapi juga media pembelajaran anak-anak sekolah dan kegiatan sosial warga.

Warga mengakui bahwa perubahan ini meningkatkan rasa memiliki terhadap lingkungan. Mereka kini menjaga kebersihan, aktif berkebun, dan mengadakan kegiatan komunitas seperti senam pagi dan lomba tanam bunga.

Integrasi Program DLH Lainnya

Transformasi TPS juga terhubung dengan program-program unggulan DLH lainnya seperti Bank Sampah dan Proklim (Program Kampung Iklim). Di beberapa taman hasil konversi, disediakan pojok daur ulang dari Bank Sampah setempat, serta zona tanam sayuran sebagai bentuk mitigasi perubahan iklim lokal.

Dengan pendekatan terpadu ini, taman bukan sekadar ruang hijau, tetapi juga pusat inovasi lingkungan dan penguatan ketahanan iklim berbasis komunitas.

Menuju Kota Layak Huni dan Berketahanan Iklim

Pemerataan ruang hijau menjadi salah satu indikator kota layak huni. DLH Indonesia mendorong agar setiap kota memiliki rasio ruang terbuka hijau minimal 30%, sesuai amanat UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Konversi TPS menjadi taman adalah langkah konkret menuju target tersebut.

Lebih jauh, ruang hijau seperti ini mampu menyerap karbon, mengurangi efek urban heat island, dan menjaga cadangan air tanah. Kota yang sebelumnya panas, bising, dan kering bisa berubah menjadi tempat yang lebih sehat dan manusiawi.

Dukungan dan Replikasi di Daerah Lain

Kesuksesan beberapa proyek percontohan membuat DLH daerah lain tertarik untuk mereplikasi. DLH Indonesia menyediakan panduan teknis, pelatihan, hingga bantuan pendampingan lapangan agar daerah dapat menerapkan transformasi serupa. Proyek ini membuktikan bahwa pengelolaan sampah bukan sekadar urusan buang-membuang, tetapi bisa menjadi ruang kreatif dan inovatif untuk semua.

Penutup

Transformasi TPS menjadi taman bunga bukanlah solusi instan, tapi hasil dari komitmen, kolaborasi, dan keberanian melihat potensi di balik masalah. DLH Indonesia membuktikan bahwa ketika lingkungan ditangani dengan pendekatan manusiawi dan berbasis data, maka hasilnya tidak hanya indah secara visual, tetapi juga bermanfaat secara sosial dan ekologis.

Inisiatif seperti ini menunjukkan arah baru dalam penataan kota yang tidak hanya bersih, tetapi juga memberi makna bagi warganya. Mari kita dukung langkah-langkah seperti ini dan jadikan lingkungan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari yang penuh warna dan harapan. Info selengkapnya tersedia di https://dlhindonesia.id/.

Dari TPS Jadi Taman Bunga: Inovasi DLH Indonesia dalam Menata Ruang Kota Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Kuoraa ID

0 komentar:

Posting Komentar