![]() |
|
Membalikkan Wajah Kota Lewat Transformasi TPS
Transformasi TPS menjadi taman bunga bukan sekadar proyek
estetika. Ini adalah bagian dari strategi DLH dalam mengintegrasikan
pengelolaan sampah dengan penataan ruang kota berbasis lingkungan. Sebuah TPS
yang sebelumnya menumpuk limbah rumah tangga kini bisa disulap menjadi ruang
terbuka hijau yang mengundang warga untuk bersantai, berolahraga, atau bahkan
menanam bersama.
Langkah ini sejalan dengan visi pembangunan berkelanjutan
dan pengurangan tekanan terhadap Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Alih-alih terus
menambah titik penumpukan sampah, DLH mendorong optimalisasi dan konversi ruang
yang sudah tidak digunakan.
Proses Transformasi: Kolaboratif dan Berbasis Data
DLH Indonesia tidak bekerja sendiri dalam mewujudkan
perubahan ini. Proses identifikasi TPS yang layak dialihfungsi melibatkan
kajian teknis, pemetaan wilayah, serta dialog intensif dengan masyarakat
sekitar dan pemerintah daerah. Setelah lokasi disepakati, DLH mengarahkan
transformasi dengan prinsip kolaboratif: melibatkan komunitas lokal, LSM
lingkungan, pelajar, dan pihak swasta.
Pemanfaatan data juga menjadi landasan kuat. DLH
mengintegrasikan pemetaan digital, data volume sampah, serta tren sosial untuk
menentukan lokasi-lokasi strategis yang berdampak besar secara sosial maupun
ekologis.
Manfaat Ganda bagi Lingkungan dan Sosial
Transformasi TPS menjadi taman membawa beragam manfaat:
- Menurunkan
risiko pencemaran tanah dan air dari residu sampah lama.
- Meningkatkan
kualitas udara melalui penanaman pohon dan vegetasi bunga.
- Menumbuhkan
kesadaran lingkungan di masyarakat melalui keterlibatan langsung dalam
pemeliharaan taman.
- Memberikan
ruang interaksi sosial di tengah kota.
- Mendorong
edukasi lingkungan lewat taman tematik yang dilengkapi papan informasi
atau kegiatan sekolah.
Studi Kasus: TPS RW 05 Menjadi Taman Edukasi
Salah satu contoh nyata adalah TPS di kawasan RW 05, sebuah
wilayah padat penduduk yang sebelumnya mengalami tumpukan sampah
berkepanjangan. Setelah melalui proses pembersihan dan reklamasi tanah, DLH
bersama warga membangun taman edukasi lingkungan dengan beragam tanaman bunga,
alat peraga daur ulang, dan gazebo hijau. Kini, lokasi tersebut tidak hanya
menjadi tempat rekreasi, tetapi juga media pembelajaran anak-anak sekolah dan
kegiatan sosial warga.
Warga mengakui bahwa perubahan ini meningkatkan rasa
memiliki terhadap lingkungan. Mereka kini menjaga kebersihan, aktif berkebun,
dan mengadakan kegiatan komunitas seperti senam pagi dan lomba tanam bunga.
Integrasi Program DLH Lainnya
Transformasi TPS juga terhubung dengan program-program
unggulan DLH lainnya seperti Bank Sampah dan Proklim (Program Kampung Iklim).
Di beberapa taman hasil konversi, disediakan pojok daur ulang dari Bank Sampah
setempat, serta zona tanam sayuran sebagai bentuk mitigasi perubahan iklim
lokal.
Dengan pendekatan terpadu ini, taman bukan sekadar ruang
hijau, tetapi juga pusat inovasi lingkungan dan penguatan ketahanan iklim
berbasis komunitas.
Menuju Kota Layak Huni dan Berketahanan Iklim
Pemerataan ruang hijau menjadi salah satu indikator kota
layak huni. DLH Indonesia mendorong agar setiap kota memiliki rasio ruang
terbuka hijau minimal 30%, sesuai amanat UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang. Konversi TPS menjadi taman adalah langkah konkret menuju target
tersebut.
Lebih jauh, ruang hijau seperti ini mampu menyerap karbon,
mengurangi efek urban heat island, dan menjaga cadangan air tanah. Kota yang
sebelumnya panas, bising, dan kering bisa berubah menjadi tempat yang lebih
sehat dan manusiawi.
Dukungan dan Replikasi di Daerah Lain
Kesuksesan beberapa proyek percontohan membuat DLH daerah
lain tertarik untuk mereplikasi. DLH Indonesia menyediakan panduan teknis,
pelatihan, hingga bantuan pendampingan lapangan agar daerah dapat menerapkan
transformasi serupa. Proyek ini membuktikan bahwa pengelolaan sampah bukan
sekadar urusan buang-membuang, tetapi bisa menjadi ruang kreatif dan inovatif
untuk semua.
Penutup
Transformasi TPS menjadi taman bunga bukanlah solusi instan,
tapi hasil dari komitmen, kolaborasi, dan keberanian melihat potensi di balik
masalah. DLH Indonesia membuktikan bahwa ketika lingkungan ditangani dengan
pendekatan manusiawi dan berbasis data, maka hasilnya tidak hanya indah secara
visual, tetapi juga bermanfaat secara sosial dan ekologis.
Inisiatif seperti ini menunjukkan arah baru dalam penataan
kota yang tidak hanya bersih, tetapi juga memberi makna bagi warganya. Mari
kita dukung langkah-langkah seperti ini dan jadikan lingkungan sebagai bagian
dari kehidupan sehari-hari yang penuh warna dan harapan. Info selengkapnya
tersedia di https://dlhindonesia.id/.
0 komentar:
Posting Komentar